Goresan pena "Dokter Sudarmono" 30 Desember
2010
MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT....???
Dilihat
dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia
yang sudah
senja bahkan sudah mendekati malam,
Pak
Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan
merawat istrinya
yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka
menikah
sudah lebih 32 tahun Mereka dikarunia 4 orang anak
di sinilah
awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak
ke empat
tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan
itu
terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh
tubuhnya
menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang
lidahnyapun
sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap
hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran,
menyuapi,
dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur.
Sebelum
berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan TV
supaya
istrinya tidak merasa kesepian.
Walau
istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum,
untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu
jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk
menyuapi
istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan
istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib
dia temani
istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa
saja yang
dia alami seharian.
Walaupun
istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa
menanggapi,
Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia
selalu
menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas
ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun,
dengan
sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan
ke empat
buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah
dewasa
tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu
hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah
orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah
anak
mereka menikah sudah tinggal dengan keluarga masing-masing
dan Pak
Suyatno memutuskan ibu mereka dia yg
merawat,
yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
Dengan
kalimat yg cukup hati-hati anak yg sulung berkata “Pak
kami ingin
sekali merawat ibu , semenjak kami kecil melihat
bapak
merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari
bibir
bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu” .
Dengan air
mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya”
sudah yg
keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah
lagi, kami
rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak
menikmati
masa tua bapak dengan berkorban seperti ini kami
sudah
tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat
ibu
sebaik-baik secara bergantian”.
Pak
Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2
mereka.
“Anak-anakku
......... Jikalau perkawinan dan hidup didunia ini
hanya
untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah......tapi
ketahuilah
dengan adanya ibu kalian disampingku itu sudah
lebih dari
cukup, dia telah melahirkan kalian…sejenak
kerongkongannya
tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir
didunia
ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat
menghargai
dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah
dia
menginginkan keadaanya seperti ini.
Kalian
menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa
bahagia meninggalkan
ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian
menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan
dirawat
oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg masih
sakit.”
Sejenak
meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno. Merekapun
melihat
butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata Ibu Suyatno..
dengan
pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah
akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun
TV swasta
untuk menjadi nara sumber dan merekapun
mengajukan
pertanyaan kepada Suyatno
kenapa
mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg
sudah
tidak bisa apa-apa.
disaat
itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di
studio.
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup
menahan
haru disitulah pak Suyatno bercerita;
***Jika
manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam
perkawinannya,
tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu,
tenaga,
pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya
memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu
dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai
saya
dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia
memberi
saya 4 orang anak yg lucu-lucu. Sekarang dia sakit
karena
berkorban untuk cinta kita bersama…dan itu merupakan
ujian bagi
saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
mencintainya
apa adanya, sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya
apalagi dia sakit ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar